Kamis, 26 Mei 2016

"Cerpen" Berusahalah Selagi kau Mampu

Deru suara mobil avanza yang sudah membawanya berjam-jam tak membuatnya tertidur. Kantukpun tak dia rasakan. Bahkan ketika semua penumpang didalam mobil tersebut terlelap dengan mimpi-mimpi indahnya. Kecuali 2 laki-laki yang bergantian untuk mengemudikan mobil. Dilihatnya setiap inchi dari perjalanan yang ia lewati. Tatapannya terliat biasa saja, tapi coba lihatlah lebih dalam. Tatapan itu menyimpan berjuta-juta bahkan milyaran makna dan pertanyaan. Sekalipun kau adalah manusia terpintar di bumi ini, belum tentu bisa menjawab semua pertanyaan dibenaknya.
Dia segera mengambil buku kecil berwarna ungu dan berenda putih dari dalam tasnya. Dibukanya buku tersebut. Dia mulai menulisnya. Sebuah catatan panjang. Sebuah cerita? Ah sepertinya bukan. Tulisannya penuh dengan garis penghubung. Seperti sebuah daftar. Ya! Sebuah daftar tempat yang ia sudah lewati dalam perjalanan panjang kali ini. Ini adalah penentuan akhir dari perjuangan pertamanya. Sebuah peluang emas untuk mencetak catatan baru. Semua orang menginginkan ini, dan kini gadis berjilbab putih ini menjadi 1 dari 5 orang yang beruntung kali ini. Olimpiade Sains Nasional 2015. Mengikuti OSN adalah salah satu mimpinya sejak lama. Dan kini dia sendiri tak percaya, Allah memberikan keberuntungan besar padanya. 2 minggu karantina di Jakarta, 2 hari lain digunakan untuk sedikit menyegarkan pikirannya di jakarta.
Dibukanya lembar demi lembar dalam buku itu, perlahan hingga sampai pada halaman terakhir. Disampul belakang buku itu ada foto dua orang gadis berbaju pink dan hijau yang sedang bermain boneka. Meraka tampak bahagia. Dalam kertas kecilnya menuliskan sebuah kalimat yang kemudian ia tempel di samping foto tersebut. “Hari ini aku mengikuti jejakmu. Aku juga akan membalaskan kekecewaanmu”
Mobil berhenti di pom. Gadis berjilbab putih segera menutup matanya. Berpura-pura tertidur seperti yang lainnya. Sesekali membenarkan posisi tidurnya, seolah-oleh menikmati tidurnya saat ini. “Rena… Rena…” suara itu lagi. Suara yang sering ia dengar akhir akhir ini. Ya, itu suara Bu Lely, guru matematikanya sekaligus pendampingnya pada OSN kali ini. Menurutnya Bu Lely adalah guru terbaik sepanjang hidupnya, mungkin bukan hanya dia tetapi juga teman-temannya.
“SPBU lagi ya bu? Masih berapa jam lagi”
“ya Ren, mungkin sekitar 3 jam lagi kalau ngga macet”
“mana mungkin ini kan Jakarta. Sudah biasa kalau macet” jawab Rena lirih diikuti dengan senyum di bibirnya yang menampakkan lesung pipinya. Lesung pipi inilah yang membuat iri semua orang.
Tak berapa lama. Mobil itu pun kembali melaju dengan cukup kencang. Tak terasa 3 jam berlalu dengan cepat, kini ia sudah sampai di hotel tempat dia akan menginap.ini adalah pengalaman pertama Rena dalam mengikuti OSN sampai tingkat nasional.Rena adalah satu-satunya wakil dari SMPnya. Ya SMP Kartika Putra adalah SMP yang cukup terkenal karena setiap tahunnya selalu ada yang mewakili ke tingkat Nasional. Bahkan pernah ada yang menyambet juara 2 untuk mata pelajaran matematika. Dan kini ia harus berusaha sekuat tenaga agar ia bisa menjadi juara pertama tidak hanya untuk mewujudkan mimpinya selama ini tetapi juga membalaskan kekecewaan kakaknya.
Rena telah bersama teman sekamarnya Amira. Namun baru sekitar 5 menit mereka bersama Amira sudah terlelap dalam tidurnya mungkin karena ia kecapeaan. Berbeda dengan amira, Rena lebih memilih membuka dan menulis di bukunya kembali. Menceritakan semua yang terjadi kepada kakaknya. Rania adalah kakak Rena yang 2 tahun lalu meninggal karena asma kronis yang dideritanya. Dulunya Rania juga salah satu siswa SMP Kartika Putra yang berhasil lolos OSN hingga tingkat nasional. Namun mimpi untuk dapat meyambet juara 1 OSN harus gagal karena saat hari H ia kelelahan dan asmanya kambuh, sehingga ia tidak bisa mengerjakan secara maksimal. Sesampainya dirumah selama seminggu Rania tidak henti-hentinya menangis, setiap kali ada yang menasehatinya ia malah semakin menyalahkan dirinya sendiri, sehingga selama seminggu tidak ada yang berani bercanda atau menertawakan sesuatu dirumah,
Setelah kejadian itu Rania menjadi trauma untuk mengikuti OSN dan prestasinya semakin menurun. SMA ia sempat mengikuti OSN namun hanya sampai pada tingkat Kabupaten saja. Semua orang tidak tahu bahwa sejak OSN tersebut hidupnya telah hancur. Sampai pada 2 tahun yang lalu asmanya kambuh dan semakin parah. Rania berpesan kepada Rena bahwa ia harus belajar lebih giat lagi agar bisa mengikuti OSN sampai tingkat nasional dan membalaskan kekecewaannya. Dan sejak saat itu Rena belajar lebih giat lagi dan berusaha sekuat tenaga dan sampai akhirnya sekarang ia bisa berada disini.
Hari pertama OSN, Rena mengawalinya dengan baik. Dia bisa bergaul dengan teman-temannya. Dia juga bisa mengerjakan soal latiahan awal OSN dengan baik. Dia yang pertama menyelesaikan soal latihan itu pertama kali. Di saat yang lain masih kebingungan, Rena tersenyum puas dengan hari itu. Hari keberuntungannya. Sebuah awal yang bagus untuk memulai.
Hari kedua, ketiga, dan keempat dan kelima berjalan lancar. Sejauh ini semua baik baik saja. Rena tetap bisa mengerjakan soal-soal latihan dengan baik. Dia selalu menjadi yang pertama dalam mengerjakan soal. Bu Lely tersenyum bangga. Sepertinya tahun ini akan menjadi awal terciptanya sejarah baru di SMP kartika Putra. Rena akan memenangkan OSN itu. Dengan kondisinya yang seperti itu, kemungkinan besar dia akan meraih juara OSN.
Rena membuka matanya perlahan, masih dalam tempat yang sama. Artinya ini semua bukan mimpi. Dia memang benar-benar berada di jakatra untuk mewakili sekolahnya dalam OSN tingkat nasional. Rena tersenyum. Seperti kata orang “Awali pagimu dengan senyuman” karena memang, sedikit banyak mood kita saat pagi, banyak mempengaruhi keadaan kita untuk sehari kedepan. Hari ini, tidak ada jadwal latihan, ataupun pertemuan lain. Jadi, hari ini Rena memutuskan untuk berlibur sedikit bersama Amira. Hari ini hari yang cerah. Tidak mendung, tidak juga terlalu panas. Mulanya Bu Lely tidak mengizinkan, tapi karena Rena memohon mohon dengan sangat sungguh-sungguh, akhirnya Bu Lely terpaksa mengizinkan dengan syarat, Rena dan Amira harus kembali sebelum waktu asar.
Jam 8 pagi. Rena dan Amira pergi jalan-jalan berkeliling kota jakarta. Mereka pergi menggunankan trans jakarta. Tidak tau tujuan jelasnya. Hanya berkeliling melihat-lihat ramainya kota jakarta. Rena dan Amira juga mampir ke mall untuk membeli baju. Karena, umumnya harga baju dan barang-barang di jakarta lebih murah daripada daerah lain. Kecuali harga bahan pangan tentunya.
Jam 11 siang, Rena dan Amira berniat pulang, 1 jam perjalanan dan sesampainya di hotel, mereka bisa beristirahat sejenak. Tampaknya mereka sudah lelah. Tapi walaupun begitu, sepertinya mereka sangat senang hari ini. Pengalaman pertama berkeliling sendirian di Jakarta. Halte bus ada di seberang jalan. Hari sudah siang, dan lalu lintas sangat ramai. Hanya menyeberang saja membutuhkan waktu yang lama. Amira yang tidak sabar segera ingin pulang segera menarik tangan Rena, dan memimpin untuk menyeberang. Tapi tiba-tiba kendaraan dengan kecepatan tinggi melaju dari arah selatan dan Braaakk… Amira yang terburu-buru menyeberang tertabrak motor hingga tangannya penuh darah. Tubuhnya terhempas ke jalan. Rena sangat takut. Darah sampai ke tangan Rena, dia hanya diam sampai orang-orang mulai mendekat dan membawa Amira ke rumah sakit. Rena yang panik, langsugn menelepon Bu lely yang sedang berada di hotel. Memintanya dan guru pembimbing Amira segera datang ke rumah sakit.
Malam ini berbeda. Tak ada Amira di tempat tidur. Kosong. 1 kamar ini hanya ditempati oleh Rena. Kejadian tadi membuat Amira harus dirawat di rumah sakit. Rena merasa sangat bersalah. Hari ini dia membuat teman sekamarnya tidak bisa mengikuti OSN. Harusnya tadi mendengarkan nasehat Bu Dewi saja. Tapi apalah saya. Nasi telah menjadi bubur. Amira benar-benar sudah tidak bisa mengikuti OSN besok.
Pagi harinya, benar benar bukan hari yang menyenagnkan. Rena mengawalinya dengan buruk. Dia benar-benar tidak bisa fokus mengerjakan soal. Rena terus memikirkan Amira.

Pengumuman hasil OSN yang ditunggu-tunggu kini sudah tiba. Nama Rena tidak disebut dalam pemenang OSN. Tapi tak apa. Dia mengerti. Rena tidak akan mengulangi kecerobohan dan keegoisannya lagi. Dia akan benar-benar memperhatikan nasehat orang lain. Juga nasehat kakaknya. Dia akan tetap berjuang. Masa depannya masih dalam genggaman.