Deru
suara mobil avanza yang sudah membawanya berjam-jam tak membuatnya tertidur.
Kantukpun tak dia rasakan. Bahkan ketika semua penumpang didalam mobil tersebut
terlelap dengan mimpi-mimpi indahnya. Kecuali 2 laki-laki yang bergantian untuk
mengemudikan mobil. Dilihatnya setiap inchi dari perjalanan yang ia lewati. Tatapannya
terliat biasa saja, tapi coba lihatlah lebih dalam. Tatapan itu menyimpan
berjuta-juta bahkan milyaran makna dan pertanyaan. Sekalipun kau adalah manusia
terpintar di bumi ini, belum tentu bisa menjawab semua pertanyaan dibenaknya.
Dia
segera mengambil buku kecil berwarna ungu dan berenda putih dari dalam tasnya.
Dibukanya buku tersebut. Dia mulai menulisnya. Sebuah catatan panjang. Sebuah
cerita? Ah sepertinya bukan. Tulisannya penuh dengan garis penghubung. Seperti
sebuah daftar. Ya! Sebuah daftar tempat yang ia sudah lewati dalam perjalanan panjang
kali ini. Ini adalah penentuan akhir dari perjuangan pertamanya. Sebuah peluang
emas untuk mencetak catatan baru. Semua orang menginginkan ini, dan kini gadis
berjilbab putih ini menjadi 1 dari 5 orang yang beruntung kali ini. Olimpiade
Sains Nasional 2015. Mengikuti OSN adalah salah satu mimpinya sejak lama. Dan
kini dia sendiri tak percaya, Allah memberikan keberuntungan besar padanya. 2
minggu karantina di Jakarta, 2 hari lain digunakan untuk sedikit menyegarkan
pikirannya di jakarta.
Dibukanya
lembar demi lembar dalam buku itu, perlahan hingga sampai pada halaman
terakhir. Disampul belakang buku itu ada foto dua orang gadis berbaju pink dan
hijau yang sedang bermain boneka. Meraka tampak bahagia. Dalam kertas kecilnya
menuliskan sebuah kalimat yang kemudian ia tempel di samping foto tersebut.
“Hari ini aku mengikuti jejakmu. Aku juga akan membalaskan kekecewaanmu”
Mobil
berhenti di pom. Gadis berjilbab putih segera menutup matanya. Berpura-pura
tertidur seperti yang lainnya. Sesekali membenarkan posisi tidurnya, seolah-oleh
menikmati tidurnya saat ini. “Rena… Rena…” suara itu lagi. Suara yang sering ia
dengar akhir akhir ini. Ya, itu suara Bu Lely, guru matematikanya sekaligus
pendampingnya pada OSN kali ini. Menurutnya Bu Lely adalah guru terbaik
sepanjang hidupnya, mungkin bukan hanya dia tetapi juga teman-temannya.
“SPBU
lagi ya bu? Masih berapa jam lagi”
“ya
Ren, mungkin sekitar 3 jam lagi kalau ngga macet”
“mana
mungkin ini kan Jakarta. Sudah biasa kalau macet” jawab Rena lirih diikuti
dengan senyum di bibirnya yang menampakkan lesung pipinya. Lesung pipi inilah
yang membuat iri semua orang.
Tak
berapa lama. Mobil itu pun kembali melaju dengan cukup kencang. Tak terasa 3
jam berlalu dengan cepat, kini ia sudah sampai di hotel tempat dia akan menginap.ini
adalah pengalaman pertama Rena dalam mengikuti OSN sampai tingkat nasional.Rena
adalah satu-satunya wakil dari SMPnya. Ya SMP Kartika Putra adalah SMP yang
cukup terkenal karena setiap tahunnya selalu ada yang mewakili ke tingkat
Nasional. Bahkan pernah ada yang menyambet juara 2 untuk mata pelajaran
matematika. Dan kini ia harus berusaha sekuat tenaga agar ia bisa menjadi juara
pertama tidak hanya untuk mewujudkan mimpinya selama ini tetapi juga
membalaskan kekecewaan kakaknya.
Rena
telah bersama teman sekamarnya Amira. Namun baru sekitar 5 menit mereka bersama
Amira sudah terlelap dalam tidurnya mungkin karena ia kecapeaan. Berbeda dengan
amira, Rena lebih memilih membuka dan menulis di bukunya kembali. Menceritakan
semua yang terjadi kepada kakaknya. Rania adalah kakak Rena yang 2 tahun lalu
meninggal karena asma kronis yang dideritanya. Dulunya Rania juga salah satu
siswa SMP Kartika Putra yang berhasil lolos OSN hingga tingkat nasional. Namun
mimpi untuk dapat meyambet juara 1 OSN harus gagal karena saat hari H ia
kelelahan dan asmanya kambuh, sehingga ia tidak bisa mengerjakan secara
maksimal. Sesampainya dirumah selama seminggu Rania tidak henti-hentinya
menangis, setiap kali ada yang menasehatinya ia malah semakin menyalahkan
dirinya sendiri, sehingga selama seminggu tidak ada yang berani bercanda atau
menertawakan sesuatu dirumah,
Setelah
kejadian itu Rania menjadi trauma untuk mengikuti OSN dan prestasinya semakin
menurun. SMA ia sempat mengikuti OSN namun hanya sampai pada tingkat Kabupaten
saja. Semua orang tidak tahu bahwa sejak OSN tersebut hidupnya telah hancur.
Sampai pada 2 tahun yang lalu asmanya kambuh dan semakin parah. Rania berpesan
kepada Rena bahwa ia harus belajar lebih giat lagi agar bisa mengikuti OSN sampai
tingkat nasional dan membalaskan kekecewaannya. Dan sejak saat itu Rena belajar
lebih giat lagi dan berusaha sekuat tenaga dan sampai akhirnya sekarang ia bisa
berada disini.
Hari pertama OSN, Rena
mengawalinya dengan baik. Dia bisa bergaul dengan teman-temannya. Dia juga bisa
mengerjakan soal latiahan awal OSN dengan baik. Dia yang pertama menyelesaikan
soal latihan itu pertama kali. Di saat yang lain masih kebingungan, Rena
tersenyum puas dengan hari itu. Hari keberuntungannya. Sebuah awal yang bagus
untuk memulai.
Hari kedua, ketiga, dan keempat
dan kelima berjalan lancar. Sejauh ini semua baik baik saja. Rena tetap bisa
mengerjakan soal-soal latihan dengan baik. Dia selalu menjadi yang pertama
dalam mengerjakan soal. Bu Lely tersenyum bangga. Sepertinya tahun ini akan
menjadi awal terciptanya sejarah baru di SMP kartika Putra. Rena akan
memenangkan OSN itu. Dengan kondisinya yang seperti itu, kemungkinan besar dia
akan meraih juara OSN.
Rena membuka matanya perlahan,
masih dalam tempat yang sama. Artinya ini semua bukan mimpi. Dia memang
benar-benar berada di jakatra untuk mewakili sekolahnya dalam OSN tingkat
nasional. Rena tersenyum. Seperti kata orang “Awali pagimu dengan senyuman”
karena memang, sedikit banyak mood kita saat pagi, banyak mempengaruhi keadaan
kita untuk sehari kedepan. Hari ini, tidak ada jadwal latihan, ataupun
pertemuan lain. Jadi, hari ini Rena memutuskan untuk berlibur sedikit bersama
Amira. Hari ini hari yang cerah. Tidak mendung, tidak juga terlalu panas.
Mulanya Bu Lely tidak mengizinkan, tapi karena Rena memohon mohon dengan sangat
sungguh-sungguh, akhirnya Bu Lely terpaksa mengizinkan dengan syarat, Rena dan
Amira harus kembali sebelum waktu asar.
Jam 8 pagi. Rena dan Amira pergi
jalan-jalan berkeliling kota jakarta. Mereka pergi menggunankan trans jakarta.
Tidak tau tujuan jelasnya. Hanya berkeliling melihat-lihat ramainya kota
jakarta. Rena dan Amira juga mampir ke mall untuk membeli baju. Karena, umumnya
harga baju dan barang-barang di jakarta lebih murah daripada daerah lain.
Kecuali harga bahan pangan tentunya.
Jam 11 siang, Rena dan Amira
berniat pulang, 1 jam perjalanan dan sesampainya di hotel, mereka bisa
beristirahat sejenak. Tampaknya mereka sudah lelah. Tapi walaupun begitu,
sepertinya mereka sangat senang hari ini. Pengalaman pertama berkeliling
sendirian di Jakarta. Halte bus ada di seberang jalan. Hari sudah siang, dan
lalu lintas sangat ramai. Hanya menyeberang saja membutuhkan waktu yang lama.
Amira yang tidak sabar segera ingin pulang segera menarik tangan Rena, dan
memimpin untuk menyeberang. Tapi tiba-tiba kendaraan dengan kecepatan tinggi
melaju dari arah selatan dan Braaakk… Amira yang terburu-buru menyeberang
tertabrak motor hingga tangannya penuh darah. Tubuhnya terhempas ke jalan. Rena
sangat takut. Darah sampai ke tangan Rena, dia hanya diam sampai orang-orang
mulai mendekat dan membawa Amira ke rumah sakit. Rena yang panik, langsugn
menelepon Bu lely yang sedang berada di hotel. Memintanya dan guru pembimbing
Amira segera datang ke rumah sakit.
Malam ini berbeda. Tak ada Amira
di tempat tidur. Kosong. 1 kamar ini hanya ditempati oleh Rena. Kejadian tadi
membuat Amira harus dirawat di rumah sakit. Rena merasa sangat bersalah. Hari
ini dia membuat teman sekamarnya tidak bisa mengikuti OSN. Harusnya tadi
mendengarkan nasehat Bu Dewi saja. Tapi apalah saya. Nasi telah menjadi bubur.
Amira benar-benar sudah tidak bisa mengikuti OSN besok.
Pagi harinya, benar benar bukan
hari yang menyenagnkan. Rena mengawalinya dengan buruk. Dia benar-benar tidak
bisa fokus mengerjakan soal. Rena terus memikirkan Amira.
Pengumuman hasil OSN yang
ditunggu-tunggu kini sudah tiba. Nama Rena tidak disebut dalam pemenang OSN.
Tapi tak apa. Dia mengerti. Rena tidak akan mengulangi kecerobohan dan
keegoisannya lagi. Dia akan benar-benar memperhatikan nasehat orang lain. Juga
nasehat kakaknya. Dia akan tetap berjuang. Masa depannya masih dalam genggaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar